Kamis, 09 Mei 2013

9 MEI 2012

Setahun lalu pada tanggal 9 Mei 2012 terjadi sebuah tragedi dalam sejarah penerbangan di Indonesia. Pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ 100) hancur tak berbentuk setelah menabrak tebing di kawasan Gunung Salak Jawa Barat. SSJ 100 yang saat itu sedang melakukan joy flight Keduanya dari Bandara Halim Perdanakusuma.

Sukhoi Superjet 100 adalah pesawat penumpang pertama yang dikembangkan oleh Sukhoi Aircraft, bekerja sama dengan perusahaan penerbangan Amerika Serikat dan Eropa. Di antaranya Boeing, Snecma, Thales, Messier Dowty, Liebherr Aerospace, dan Honeywell.

Banyak hal yang memicu terjadinya kecelakaan ini antara lain:
  1. Kondisi pilot yang tidak mengetahui kawasan pegunungan salak. Rute yang seharusnya digunakan untuk joy flight adalah rute krakatau melewati wilayah laut yang terang. Tetapi atas permintaan pilot sendiri akhirnya rute yang diambil rute Pelabuhan Ratu yang melewati pegunungan yang gelap.
  2. Ketinggian terbang pesawat yang lebih rendah dari ketinggian gunung salak. Saat kejadian pesawat SSJ100 terbang dengan ketinggian 6000 kaki, sedangkan gunung salak mempunyai ketinggian 7000 kaki.
  3. Salah satu penyebab yang juga memicu terjadinya kecelakaan adalah pilot yang hilang konsentrasi saat mengobrol dengan calon pembeli yang masuk ruangan kokpit. Dalam obrolan tersebut juga disebutkan bahwa sang pilot menawarkan untuk melakukan manuver di sekitar pegunungan salak.
Sepintar apapun tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sebanyak apapun jam terbang sang pilot alangkah lebih baik jika tidak sombong dengan melakukan manuver yang berbahaya di daerah yang belum diketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar